ALLAH TIDAK BERTEMPAT DI LANGIT
Luthfi Bashori
Allah adalah Dzat yang keberadaan-Nya tidak `harus` terikat berada di tempat
mana, termasuk tidak berada di langit maupun di sorga. Karena Allah itu bukan
makhluq yang membutuhkan tempat. Allah adalah Dzat yang berdiri sendiri, dan
tempat itu adalah makhluq.
Sedangkan langit juga adalah makhluq, dan tempat yang berada di bawah serta di
atas langit juga makhluq. Semua makhluq, termasuk langit, dan tempat yang
berada di atas maupun di bawah langit itu adalah ciptaan Allah, sedangkan
sebelum Allah menciptakan makhluq, Allah tidak membutuhkan apapun terhadap
makhluq. Termasuk tidak butuh makhluq yang bernama tempat.
Artinya Allah tidak membutuhkan tempat untuk keberadaan-Nya, karena Allah itu
bukan suatu materi yang membutuhkan tempat.
Allah adalah Dzat yang maha suci dari membutuhkan tempat. Keberadaan Allah itu,
tidak sama dengan keberadaan makhluq.
Karena keberadaan makhluq itu selalu membutuhkan tempat, dan Allah itu sangat
berbeda dan tidak sama dengan makhluq. Laisa kamitslihi syaiun (Allah itu tidak
menyerupai / tidak sama dengan sesuatu apapun).
Lafadz innallah ma`ana, itu berarti Sungguh Allah menyertai kita, artinya
kekuasaan dan ilmunya Allah meliputi seluruh alam, sehingga di manapun kita
berada, maka Allah selalu mengetahui perilaku kita.
Innahu fis saama (sesungguhnya Dia ada di langit), artinya kekuasaan Allah itu
meliputi langit. Wa innahu fil ardli (dan sesungguhnya Dia ada di bumi),
artinya kekuasaan Allah itu meliputi bumi.
Fainamaa tuwallu fatsamma wajhullah (kemana saja engkau menghadap / ke langit,
ke bumi, ke segala penjuru, maka di sanalah Allah berada, alias kekuasaan dan
ilmu-Nya berada di mana-mana), jelas-jelas ayat ini menunjukkan bahwa Allah
tidak menetap di langit seperti pemahaman kaum Wahhabi.
Jadi, menurut Ahlus sunnah wal jamaah Allah itu adalah Dzat yang tidak
membutuhkan tempat dan kekuasaan serta ilmu-Nya meliputi segala sesuatu dan di
mana-mana.
Dimensi Dzat Allah sama sekali sangat berbeda dengan dimensi seluruh makhluq
ciptaan-Nya. Jadi Allah itu tidak membutuhkan tempat yang mana dimensi tempat
itu sangat berbeda dengan dimensi Dzat Allah itu sendiri.
Ilustrasi paling mudah, roh manusia itu memiliki dimensi yang berbeda dengan
dimensi sebuah botol gelas. Maka roh manusia tidak mungkin ditempatkan ke dalam
botol gelas, karena dimensi keduanya sangat berbeda. Kalau ada orang yang
menyakini / mengatakan ada roh manusia dapat ditempatkan di dalam botol gelas
(sekalipun dimensinya berbeda), pasti orang itu adalah penganut kepercayaan
adat tradisional China atau terbiasa menonton film vampir ala China, yang
pemeran tokohnya digambarkan dapat menyedot roh vampir untuk ditempatkan di
dalam botol.
Artinya siapa saja yang meyakini bahwa Dzat Allah itu bertempat di suatu tempat
(di atas langit), sedangkan dimensi Dzat Allah itu berbeda dengan dimensi
tempat itu sendiri, maka sama saja keyakinan orang itu dengan keyakinan
masyarakat China tradisional sebagaimana cerita vampir di atas.
Maha suci Allah dari penyamaan Dzat-Nya dengan makhluq manapun, termasuk
penyamaan kepada kebutuhan makhluq terhadap tempat. Karena Allah adalah Dzat
yang sama sekali tidak membutuhkan tempat.
Tatkala Rasulullah isra` dan mi`raj, maka dengan kelimat `kun fayakuun` Allah
menjadikan Rasulullah SAW bersama jasadnya berada pada dimensi yang berbeda
dibanding dimensi manusia pada umumnya, karena itu beliau mampu menembus 7
langit dalam waktu yang sangat singkat. Hingga beliau SAW dipanggil menghadap
Allah juga di saat beliau berada pada dimensi yang jauh berbeda dengan dimensi
kemanusiaan beliau SAW sebagai makhluq.
Umat Islam diperintahkan untuk mengucapkan : Aamanna billah wama ja-a anillah
ala muradillah, wa- amanna birasulillah wama ja-a an rasulillah ala muradi
rasulillah bilaa takyifin (kami beriman kepada Allah, dan apa yang datang dari
Allah sesuai dengan yang dikehendaki Allah, dan kami beriman kepada Rasulullah
dan apa yang datang dari Rasulullah sesuai yang dikehandaki Rasululah, tanpa
harus bertanya bagaimana-bagaimana). Karena otak manusia yang sangat lemah ini
pasti tidak mampu menyerap hakikatnya masalah tersebut di atas.
Tanggapan :
2.
|
Pengirim: Ahmad alQuthfby
- Kota: Probolinggo
|
|
kalo wahhabi
mengatakan Alloh itu masih bertempat (baik Arsy, dsb), maka itu artinya
Alloh msh mmbutuhkan tempat. jika masih butuh kpd tempat itu namanya
makhluk ciptaanNya. Alloh tdk butuh kepada siapapun dan apapun. jika
alloh bertempat di Arsy, maka sebelum ada Arsy Alloh bertempat dimana?
pertanyaan ini yg selalu saja tdk dpt dijawab oleh wahhabi. pasti
mereka kelabakan. ujung2nya mereka pasti ngomong: "pertanyaan ini
bid'ah".. hehe..
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Begitulah kesalahan fatal pemahaman kaum Wahhabi.
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Pengirim: sigit
- Kota: Blora
|
|
mereka
(wahabi) g bakal nerima dalil aqli tadz,,, lantas gimana
njelasinnya...?? pendapat mereka kita harus mengutamakan iman daripada
akal,, ketika Alloh mensifati diriNya spt istawa tsb kt jg harus
beriman tanpa perlu memikirkannya... bagaimana tanggapan ustadz???
afwan
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Dalam Alquran maupun hadits, ada ayat-ayat/dalil dalil yang
muhkamat (artinya jelas, tanpa harus ditakwili), dan ada juga
yang musytabihat (yang perlu ditakwili). Inilah aqidah ahlus
sunnah wal jamaah, yang sangat berbeda dengan aqidah
wahhabiyah.
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Pengirim: Abu Raihan
- Kota: Palangkaraya
|
|
Assalamu
alaikum,
Saya pernah membaca terjemahan kitab tauhid, pengarangnya saya lupa
yang pasti uraiannya berdasarkan dalil dari Al Qur'an dan Al Hadist,
yang intinya benar bahwa Alloh di atas langit. Tetapi di sana
ditekankan bahwa di atas langit tersebut adalah tidak sama dengan di
atas langitnya makhluk. Jadi ada 2 hal yang berbeda. yang pertama
keberadaan Alloh yang memang tidak boleh diserupakan dengan makhlukNya,
dan kedua keberadaan selain Alloh (makhluk).
Mengapa kita harus meng imani bahwa Alloh di atas langit?
Ya, karena begitulah NASH Al Qur'an dan Al Hadist (kecuali kita tidak
lagi ber iman kepada isi Al Qur'an dan Al Hadist), tetapi yang perlu
diingat adalah keberadaan Alloh tersebut TIDAKLAH SAMA DENGAN
MAKHLUKNYA. Mohon maaf ustads, barangkali ada penyampaian yang kurang
berkenan.
Wallohu a'lam.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Tidak ada seorangpun umat Islam yang mengingkari ayat
Arrahmanu 'ala arsyis tawaa, tapi yang berbeda adalah cara
memahaminya, maka arti 'ALAA itu tidak harus diterjemahkan
dengan arti DI ATAS yang mengandung makna sebuah ARAH atau
tempat, sebagaimana memahami arti DI BAWAH, DI KANAN, DI KIRI
dst.
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Pengirim: admin
- Kota: Jakarta
|
|
Yang
Menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah,
maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui
(Muhammad) tentang Dia. [Al-Furqaan/25:59]
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Itu terjemahan versi anda dengan pemahaman tekstual anda
juga. Singgasana (Arsy) adalah wilayah kekuasaan, bukan harus
tempat duduk. Dalam ibarat yang paling mudah, jika dikatakan :
Saat ini Susilo Bambang Yudoyono sedang bersemayam (menempati)
Singgasana di republik Indonesia. Tentunya bukan berarti setiap
saat, SBY pasti duduk di sebuah kursi 'kerajaan' di istana
negara. Tapi, sekalipun SBY mengadakan lawatan ke luar negeri,
maka tetap saja dikatakan : saat ini SBY sedang menempati
singgasana di republik indonesia.
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Pengirim: mbah
cokro - Kota: jakarta
|
|
sabar-sabar,jangan
gampang menuduh sesat-sesama umat islam hrs bersikap lemah lembut. saya
pernah baca kitabnya ibnu qoyyyim aljauziah-disitu menerangkan ALLAH
bersemayam di kerajaan ArrasyNYA, tapi ilmunya meliputi segala sesuatu
baik yang ada di bumi, maupun yg ada di langit-MAHA SUCI ALLAH yg tdk
sma dng mahluk ciptaanNYA, jika ALLAH ada dimana-mana, apakah ALLAH ada
di tempat kuburan?, di tempat2x maksiat ?,l ? ditempat najis ?.tentu
tidak.,ALLAH menciptakan langit dan Arrasy bukan karena ALLAH butuh
tempat, tapi karena ALLAH MAHA berkehendak yg bersfat mutlak. tdk
mungkin ALLAH yang MAHA AGUNG, MAHA BESAR MAHA SUCI ada di bawah,
apalagi kalo ada dimana-mana. lihat orang islam yg sedang berdoa pasti
memohon dgn tangan diangkat keatas. Maaf saya berbeda pandapat, mohon
penjelasan pak kyai-bagaimana penjelasan rosulullah tentang
singgasana/Kerajaan ALLAH menurut hadistnya- saya tak mau pendapat
ulama sekarang-saya mau tau pendapat ulama2x salaf, tabiin dan
tabiittabiin- mengenai hal ini-terimakasih wassalamualaikum
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Singgasana adalah wilayah kekuasaan, bukan harus tempat
duduk. dalam ibarat yang paling mudah, jika dikatakan : Saat
ini Susilo Bambang Yudoyono sedang menempati singgasana di
republik Indonesia. Tentunya bukan berarti setiap saat, SBY
pasti duduk di sebuah kursi 'kerajaan' di istana negara. Tapi,
sekalipun SBY mengadakan lawatan ke luar negeri, maka tetap
saja dikatakan : saat ini SBY sedang menempati singgasana di republik
indonesia.
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Pengirim: ihsan
- Kota: Tangerang Selatan
|
|
Apa maksud
wasi'a kursiy yuhussamaa wati wal ardh? Dalam Qur'an juga dikatakan
tsummastawaa alal arsy, apa maksudnya?Bagaimana dengan hadits kursiy
Allah ditopang dengan malaikat dari tiap penjurunya, bisa jelaskan
maksud hadits ini?
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Kursi juga dapat diartikan kekuasaan. Kekuasaan Allah
meliputi langit dan bumi. Perlu diketahui, arti sebuah lafadz
dalam bahasa Arab itu sering musytarak (tdk tunggal). Dalam
bahasa Indonesia juga sering terjadi, misalnya dalam ibarat :
di Indonesia, Presiden itu DI ATAS Menteri. Menteri DI ATAS
Gubernur. Gubernur DI ATAS Wali kota/Bupati... dst. Coba kalo
dipahami secara tekstual dengan makna tunggal pada kata DI ATAS
yg bermakna Arah, maka betapa tingginya tumpukannya jika
dimulai dari : Ketua RT > di atas (kepalanya) ada Ketua RW
> di atas (kepalanya) ada Camat/ Lurah > di atas
(kepalanya) ada Wali kota / bupati > dst sampai Presiden berada
di tempat yg paling atas hampir SUNDUL LANGIT. Apa begitu ?
Atau DI ATAS itu berarti derajat/pangkat/kedudukannya lebih
tinggi dibanding ... ?
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
Pengirim: Yadi - Kota: Bekasi
|
|
kalo kita
bertannya dimana keberadaan sesuatu, temtu kita akan mengarah kepada
tempat sesuatu itu berada. Keberadaan sesuatu itu pun akan selalu
bersesuaian dengan sifat, dzat, karakter dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan sesuatu itu.
Kalau yg ditanyakan adalah Allah, yang notabene adalah Tuhan yang Maha
suci dari sifat maupun dzat yang dimiliki makhluk, maka untuk menjawab
pun harus memakai kaca mata ketuhanan. Bukan kaca mata makhluk.
Perlu diketahui bahwa apa (pengetahuan) yang ada dalam pikiran, angan,
imajinasi, benak manusia itu adalah hasil dari pencerapan yang didapat
melalui panca indara. seperti misalnya kalau kita mendengar kata
"burung", maka imanjinasi kita sudah langsung menggambarkan
bentuk burung. Karena sebelumnya kita sudah pernah melihat burung.
Begitu pula kalau misalnya kita membaca atau mendengar kata
"manis", maka pikiran kita langsung mengingatkan rasa manis.
Karena kita sebelumnya pernah mengecap rasa manis. Bagi kita yg sama
sekali belum pernah melihat burung, imajinasi kita pun akan sulit
menggambarkannya.
Kembali ke persoalan. Bahwa Allah adalah Tuhan yang tidak pernah
terjangkau oleh panca indara manusia. Maka jika kita mendengar kata
"Allah bersemayam di atas arsy" misalnya, maka yang akan
muncul dalam benak kita adalah seperti bersemayamnya (duduknya) seseorang
di tempat duduknya. Karena yang ada dalam memory imajinasi kita hanya
itu. Padahal bagi Allah adalah Maha Suci dari sifat2 makhlukNya. Memory
kita tidak pernah menyimpan bersemayamnya Allah" Padahal kita
tidak pernah melihat Dzat Allah, tidak pernah mendengar Kalam Allah dan
lain2 tentang diri Allah secara langsung. Kita baru dapat berita dari
Alqur'an maupun sabda Rasulullah saw. Kita jangan tertipu oleh
imajinasi maupun ingatan yang ada dalam benak maupun pikiran.
Wallahu a'lam......
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Itulah yang disebut dalam Alquran Laisa kamitslihi syaiun
(tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya), karena segala
sesuatu itu adalah makhluk, sedang Allah itu bukan makhluk,
sebgala sesuatu itu itu membutuhkan tempat, sedang Allah tidak
membutuhkan tempat, karena Allah-lah yang menciptakan tempat,
dan sebelum Allah menciptakan tempat, tentu Allah Quyaamuhu bi
nafsihi (Allah itu berdiri sendiri) yang tidak membutuhkan
tempat. Wallahu a'lam.
|
|
|
|
|
|
|
|
9.
|
Pengirim: Ahmad alQuthfby
- Kota: Probolinggo
|
|
Pengirim:
sigit - Kota: Blora
Tanggal: 2/1/2012 mereka (wahabi) g bakal nerima dalil aqli tadz,,,
lantas gimana njelasinnya...?? pendapat mereka kita harus mengutamakan
iman daripada akal,, ketika Alloh mensifati diriNya spt istawa tsb kt
jg harus beriman tanpa perlu memikirkannya... bagaimana tanggapan
ustadz??? Afwan
-----------------------------------------------
Mohon maaf kita juga lebih mengedepankan iman dari pada akal. Berikut
saya nukilken perdebatan kecil antara ulama sunni versus wahhabi:
Syaikh Abdullah al-Syanqithi, salah seorang ulama kharismatik yang
dikenal hafal Sirah Nabi shallallahu alaihi wa sallam diajak berdebat
oleh wahhabi tuna netra. Sedangkan dari pihak Wahhabi yang mendebatnya,
di antaranya seorang ulama mereka yang buta mata dan buta hati.
Kebetulan perdebatan berkisar tentang teks-teks al-Quran dan hadits
yang berkenaan dengan sifat-sifat Allah subhanahu wa taala. Mereka
bersikeras bahwa teks-teks tersebut harus diartikan secara literal dan
tekstual, dan tidak boleh diartikan secara kontekstual dan majazi. Si
tuna netra itu juga mengingkari adanya majaz dalam al-Quran. Bahkan
lebih jauh lagi, ia menafikan majaz dalam bahasa Arab, karena taklid
buta kepada pendapat Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim. Lalu Syaikh
Abdullah al-Syanqithi berkata kepada si tuna netra itu: Apabila Anda
berpendapat bahwa majaz itu tidak ada dalam al-Quran, maka sesungguhnya
Allah subhanahu wa taala telah berfirman dalam al-Quran:
Dan barangsiapa yang buta di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia
akan lebih
buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar). (QS. al-Isra :
72).
Berdasarkan ayat di atas, apakah Anda berpendapat bahwa setiap orang
yang tuna netra di dunia, maka di akhirat nanti akan menjadi lebih buta
dan lebih tersesat, sesuai dengan pendapat Anda bahwa dalam al-Quran
tidak ada majaz?
Mendengar sanggahan Syaikh al-Syanqithi, ulama Wahhabi yang tuna netra
itu pun tidak mampu menjawab. Ia hanya berteriak dan memerintahkan anak
buahnya agar Syaikh al-Syanqithi dikeluarkan dari majlis perdebatan.
Kemudian si tuna netra itu meminta kepada Ibn Saud agar mendeportasi
al-Syanqithi dari Hijaz. Akhirnya ia pun dideportasi ke Mesir.
Pengirim: Abu Raihan - Kota: Palangkaraya
Tanggal: 3/1/2012 Assalamu alaikum,
Saya pernah membaca terjemahan kitab tauhid, pengarangnya saya lupa
yang pasti uraiannya berdasarkan dalil dari Al Qur'an dan Al Hadist,
yang intinya benar bahwa Alloh di atas langit. Tetapi di sana
ditekankan bahwa di atas langit tersebut adalah tidak sama dengan di
atas langitnya makhluk. Jadi ada 2 hal yang berbeda. yang pertama
keberadaan Alloh yang memang tidak boleh diserupakan dengan makhlukNya,
dan kedua keberadaan selain Alloh (makhluk).
Mengapa kita harus meng imani bahwa Alloh di atas langit?
Ya, karena begitulah NASH Al Qur'an dan Al Hadist (kecuali kita tidak
lagi ber iman kepada isi Al Qur'an dan Al Hadist), tetapi yang perlu
diingat adalah keberadaan Alloh tersebut TIDAKLAH SAMA DENGAN
MAKHLUKNYA. Mohon maaf ustads, barangkali ada penyampaian yang kurang
berkenan.
Wallohu a'lam
----------------------------------------------------
Begini mas.. memang ayat yg mengindikasikan alloh bersemayam di atas
arsy itu memang ayat quran, dan kita wajib meyakini ayat quran. Namun
ada hal yg saya ajukan, dan ini saya ajukan beberapa kali kepada ulama
wahhabi:
Bagaimana dengan firman Allah subhanahu wa taala:
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. (QS. al-Hadid : 4).
Apakah ini termasuk al-Quran?
Bagaimana dengan firman Allah subhanahu wa taala:
Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah
keempatnya. (QS. al-Mujadilah : 7).
Apakah ayat ini termasuk al-Quran juga?
Kedua ayat yg telah saya sebutkan diatas menunjukkan bahwa Allah
subhanahu
wa taala tidak ada di langit.
Mengapa Anda menganggap ayat-ayat yang Anda sebutkan (alloh diatas
asry) yang menurut asumsi Anda menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa taala
ada di langit lebih utama untuk diyakini dari pada kedua ayat yang saya
sebutkan yang menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa taala tidak ada di
langit?
Padahal kesemuanya juga dari Allah subhanahu wa taala?
Pengirim: admin - Kota: Jakarta
Tanggal: 3/1/2012 Yang Menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy,
(Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada
yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. [Al-Furqaan/25:59]
-----------------------------------------------------------
Sekarang saya akan bertanya kepada Anda: Bukankah Allah telah ada tanpa
tempat
sebelum diciptakannya tempat?
Kalau memang wujudnya Allah tanpa tempat sebelum terciptanya tempat itu
rasional, berarti rasional pula dikatakan, Allah ada tanpa tempat
setelah terciptanya tempat. Mengatakan Allah ada tanpa tempat, tidak
berarti menafikan wujudnya Allah. Sayyidina Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu anhu berkata:
Allah subhanahu wa taala ada sebelum adanya tempat. Dan keberadaan
Allah
sekarang, sama seperti sebelum adanya tempat (maksudnya Allah tidak
bertempat). (al-Farq bayna al-Firaq, 256).
Pengirim: mbah cokro - Kota: Jakarta
Tanggal: 6/1/2012
sabar-sabar,jangan gampang menuduh sesat-sesama umat islam hrs bersikap
lemah lembut. saya pernah baca kitabnya ibnu qoyyyim aljauziah-disitu
menerangkan ALLAH bersemayam di kerajaan ArrasyNYA, tapi ilmunya
meliputi segala sesuatu baik yang ada di bumi, maupun yg ada di
langit-MAHA SUCI ALLAH yg tdk sma dng mahluk ciptaanNYA, jika ALLAH ada
dimana-mana, apakah ALLAH ada di tempat kuburan?, di tempat2x maksiat
?,l ? ditempat najis ?.tentu tidak.,ALLAH menciptakan langit dan Arrasy
bukan karena ALLAH butuh tempat, tapi karena ALLAH MAHA berkehendak yg
bersfat mutlak. tdk mungkin ALLAH yang MAHA AGUNG, MAHA BESAR MAHA SUCI
ada di bawah, apalagi kalo ada dimana-mana. lihat orang islam yg sedang
berdoa pasti memohon dgn tangan diangkat keatas. Maaf saya berbeda
pandapat, mohon penjelasan pak kyai-bagaimana penjelasan rosulullah
tentang singgasana/Kerajaan ALLAH menurut hadistnya- saya tak mau
pendapat ulama sekarang-saya mau tau pendapat ulama2x salaf, tabiin dan
tabiittabiin- mengenai hal ini-terimakasih wassalamualaikum
-------------------------------------------------
ijma ulama salaf sejak generasi sahabat justru meyakini Allah subhanahu
wa taala tidak bertempat. Al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi berkata dalam
al-Farqu Bayna al-Firaq:
Kaum Muslimin sejak generasi salaf (para sahabat dan tabiin) telah
bersepakat
bahwa Allah tidak bertempat dan tidak dilalui oleh waktu. (al-Farq
bayna al-
Firaq, 256).
Pengirim: ihsan - Kota: Tangerang Selatan
Tanggal: 7/1/2012 Apa maksud wasi'a kursiy yuhussamaa wati wal ardh?
Dalam Qur'an juga dikatakan tsummastawaa alal arsy, apa
maksudnya?Bagaimana dengan hadits kursiy Allah ditopang dengan malaikat
dari tiap penjurunya, bisa jelaskan maksud hadits ini?
----------------------------------------------------
Ayat-ayat yang kaum wahhabi sebutkan tidak secara tegas menunjukkan
bahwa Allah ada di langit. Karena kosa kata istawa, menurut para ulama
memiliki 15 makna. Di samping itu, apabila Anda berargumentasi dengan
ayat-ayat tersebut, maka argumen Anda dapat dipatahkan dengan ayat-ayat
lain yang menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa taala tidak ada di
langit. Misalnya Allah subhanahu wa taala berfirman:
Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. (QS. al-Hadid : 4). Ayat
ini menegaskan bahwa Allah subhanahu wa taala bersama kita di bumi,
bukan ada di langit.
Dalam ayat lain Allah subhanahu wa taala berfirman:
Dan Ibrahim berkata, Sesungguhnya aku pergi menuju Tuhanku (Palestina),
yang akan memberiku petunjuk. (QS. al-Shaffat : 99).
Dalam ayat ini, Nabi Ibrahim alaihissalam berkata akan pergi menuju
Tuhannya, padahal Nabi Ibrahim alaihissalam pergi ke Palestina. Dengan
demikian, secara literal ayat ini menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa
taala bukan ada di langit, tetapi ada di Palestina.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Susahnya kaum Wahhabi hanya memahami dalil-dalil itu secara
dhahir lafadz, danm disesuaikan dengan terjemahan kamus yang
tekstual. Padahal untuk memahami arti lafadz 'ALAA perlu banyak
ilmu agar tidak terjebak pada kekakuan dengan arti DI ATAS.
Coba tengok ayat: wa-'ALAA-llahi fal yatawakkalil mutawakkilun.
Apa bisa diterjemahkan : (Dan DI ATAS Allah, hendaklah
bertawakkal orang-orang yang berpasrah diri), dengan maksud
orang-orang yang bertawakkal itu tempatnya berada DI ATAS Allah
? Tentunya yg benar arti wa-'ALAA-llah itu adalah: Dan KEPADA
Allahlah bertawakkal.... Wallahu a'lam.
|
|
|
|
|
|
|
|
10.
|
Pengirim: sang MUSYAFIR
- Kota: jakarta
|
|
”Wahabi atau
Wahabiyyah adalah sebuah sekte KHOWARIJ ABADHIYYAH yang dicetuskan oleh
Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum Al-Khoriji Al-Abadhi, Orang ini
telah banyak menghapus Syari’at Islam, dia menghapus kewajiban
menunaikan ibadah haji dan telah terjadi peperangan antara dia dengan
beberapa orang yang menentangnya. Dia wafat pada tahun 197 H di kota
Thorat di Afrika Utara. Penulis mengatakan bahwa firqoh ini dinamai
dengan nama pendirinya, dikarenakan memunculkan banyak perubahan dan
dan keyakinan dalam madzhabnya. Mereka sangat membenci Ahlussunnah.
Adapun Dakwah yang dibawa oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
(SALAFI) yang didukung oleh Al-Imam Muhammad bin Su’ud-Rahimuhumallah-,
maka dia bertentangan dengan amalan dakwah Khowarij, karena dakwah beliau
ini tegak diatas kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi
wa sallam yang shahih, dan beliau menjauhkan semua yang bertentangan
dengan keduanya, mereka mendakwahkah tauhid, melarang berbuat syirik,
mengajak umat kepada Sunnah dan menjauhinya kepada bid ’ah, dan ini
merupakan Manhaj Dakwahnya para Nabi dan Rasul
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Lontaran mas Musyafir ini adalah pemunculan asumsi baru,
untuk 'mengelabuhi' warga Sunni Nahdhi, agar dapat menerima
paham Wahhabi/Salafi. Alhamdulillah, selama 8 tahun (1983-1991)
kami pribadi menjadi mukimin Makkah-Madinah, bahkan di sana
kami tidak pernah mendengar nama atau istilah Salafi, tapi
hampir seluruh masyarakat Saudi Arabiyah memberi nama Wahhabi
kepada Bin Baz, Bin Shalih, Bin Mani', Utsaimin, dan
tokoh-tokoh Wahhabi lainnya sebagai pengikut Muhammad bin Abdul
Wahhab. Setelah kami pulang ke tanah air, dan kami temui
masyarakat Sunni Nahdhi mulai ramai dan terang-terangan menolak
dakwah Wahhabi yang dibawah oleh para alumnus Saudi Arabiah
juga, namun beda haluan dengan kami, maka mulailah kaum Wahhabi
Indonesia mencoba merubah image dengan mengatasnamakan diri
sebagai kelompok Salafi, agar terkesan sebagai pengikut ulama
salaf.
Padahal konon para ulama NU lah yang pertama kali menggunakan
label Salafiyah di tanah air Indonesia ini, karena para ulama
NU mengajarkan kitab-kitab 'kuning' karya para ulama Salaf.
Sedangkan Muhammadiyah lebih cenderung mengajarkan kitab-kitab
kontemporer.
Hal ini dapat dibuktikan secara riil dengan banyaknya
pesantren-perantren NU yang berdirinya menyertai berdirinya
organisasi NU -atau bahkan yang sebelum dan sesudah NU berdiri-
menggunakan nama Pesantren Salafiyah, salah satu contohnya:
Pesantren Salafiyah, jalan Jawa Pasuruan Jawa Timur yang
didirikan oleh KH. Hamdani pada sekitar tahun 1800 an, yang
saat ini lebih terkenal dengan sebutan Pesantren Kiai Hamid
Pasuruan. Boleh di cek kepada masyarakat Jawa Timur, atau
langsung kontak kepada pengasuhnya saat ini, KH. Idris Hamid Hp
081334790296, alumnus Universitas Riyadh Saudi Arabiah,
merangkap sebagai pengurus NU setempat.
|
|
|
|
|
|
|
|
11.
|
Pengirim: Ahmad alQuthfby
- Kota: Probolinggo
|
|
Pengirim: sang
MUSYAFIR - Kota: jakarta
Tanggal: 10/1/2012 ”Wahabi atau Wahabiyyah adalah sebuah sekte KHOWARIJ
ABADHIYYAH yang dicetuskan oleh Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum
Al-Khoriji Al-Abadhi, Orang ini telah banyak menghapus Syari’at Islam,
dia menghapus kewajiban menunaikan ibadah haji dan telah terjadi
peperangan antara dia dengan beberapa orang yang menentangnya. Dia
wafat pada tahun 197 H di kota Thorat di Afrika Utara. Penulis
mengatakan bahwa firqoh ini dinamai dengan nama pendirinya, dikarenakan
memunculkan banyak perubahan dan dan keyakinan dalam madzhabnya. Mereka
sangat membenci Ahlussunnah.
Adapun Dakwah yang dibawa oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
(SALAFI) yang didukung oleh Al-Imam Muhammad bin Su’ud-Rahimuhumallah-,
maka dia bertentangan dengan amalan dakwah Khowarij, karena dakwah
beliau ini tegak diatas kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shollallahu
‘alaihi wa sallam yang shahih, dan beliau menjauhkan semua yang
bertentangan dengan keduanya, mereka mendakwahkah tauhid, melarang
berbuat syirik, mengajak umat kepada Sunnah dan menjauhinya kepada bid
’ah, dan ini merupakan Manhaj Dakwahnya para Nabi dan Rasul
---------------------------------------------------
Sering kita dengar atau baca, kebanyakan penganut sekte bentukan
Muhammad ibn Abdil Wahhâb merasa begitu gusar disebut sebagai kaum
Wahhâbi alias bermadzhab Wahhâbi, sementara kalimat/istilah/penyebutan
itu ASAL ANDA TAHU tidak mengandung konotasi pujian atau celaan. Ia
bukan celaan, andai mereka mengku bahwa apa yang mereka anut itu adalah
sebuah mazhab. Sebab sebuah mazhab yang ditegakkan di atas dalil-dalil
yang shahihah tidak akan dicemari dengan nama baru yang disandangnya
atau penamaan baru yang disematkan orang kepadanya!
Benar-benar terheran-heran terhadap para muqallidin (yang hanya pandai
bertaqlid buta, tanpa kefahaman, namun tidak pernah mau mengakuinya) yang
tak henti-hentinya menampakkan kegusaran mereka dan mengeluhkan bahwa
istilah Wahhâbi itu sengaja digelindingkan “musuh-musuh da’wah” dengan
konotasi mengejek, sementara itu perlu mereka sadari bahwa penamaan itu
di luar area pertikaian. Ini yang pertama.
Kedua, berapa banyak ulama Wahhâbi sendiri menerima dengan lapang dada
penamaan itu. Mereka tidak malu-malu atau enggan menyebut diri mereka
sebagai Wahhâbi, bahkan sebagian mereka menulis buku atau risalah
bertemakan Akidah Wahhâbiyah. Itu semua tidak semestinya dirisaukan.
Di antara ulama Wahhâbi yang menggunakan istilah atau menamakan
aliran/mazhab mereka dengan nama Wahhâbi adalah Sulaiman ibn Sahmân,
dan sebelumnya Muhammad ibn Abdil Lathîf. Baca kitab ad-Durar as
Saniyyah,8/433, serta masih banyak lainnya.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Ya begitulah umumnya sifat manusia di dunia ini, ibarat
orang bilang : Apa ada maling teriak dirinya maling ?
Jika kesalahan itu ada pada dirinya sendiri, umumnya akan
segera ditutup-tutupi dengan berbagai alasan. Tapi jika yang
dianggap salah itu ada pada orang lain, maka akan diungkap
secara vulgar, sekalipun tanpa bukti.
Bahkan sering kali terjadi, ada hal-hal yang pada diri orang
lain yang bukan sebuah kesalahan, tetapi karena dinilai salah
disebabkan ada perberbedaan faham (salah paham) dengan si
penilai, maka si penilai itu sudah berani menvonis salah/sesat,
sekalipun pelakunya sendiri dapat mempertanggungjawabkannya
secara ilmiyah maupun secara tinjauan kemasyarakatan.
Yaa, jadi jelaslah, Wahhabi adalah Salafi Indonesia , dan
Salafi Indonesia adalah Wahhabi, dengan bukti-bukti kongkrit.
|
|
|
|
|
|
|
|
12.
|
Pengirim: A. MUkhoffy, S.Pd, SH
- Kota: Probolinggo
|
|
Wahhabi atau
Salafi itu bukan Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Bahkan aliran Wahhabi itu
termasuk golongan Khawarij. Aliran Wahhabi itu dikatakan Khawarij
karena ada ajaran penting di kalangan Khawarij menjadi ajaran Wahhabi,
yaitu takfir al-mukhalif dan istihlal dima’ almukhalifin (mengkafirkan
dan menghalalkan darah kaum Muslimin yang berbeda dengan mereka). Suatu
kelompok dikatakan keluar dari Ahlussunnah Wal-Jama’ah, tidak harus
berbeda 100 % dengan Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Kaum Khawarij pada masa
sahabat dulu dikatakan Khawarij bukan semata-mata karena perlawanan
mereka terhadap kaum Muslimin, akan tetapi karena perlawanan mereka
terhadap Sayyidina Ali dilatarbelakangi oleh motif ideology yaitu
takfir dan istihlal dima’ al-mukhalifin (pengkafiran dan pengahalalan
darah kaum Muslimin yang berbeda dengan mereka). Sayyidah ‘Aisyah,
Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin al-’Awwam dan banyak sahabat yang
lain juga memerangi Sayidina Ali. Sayidina Mu’awiyah bin Abi Sufyan
juga memerangi Sayidina Ali. Akan tetapi karena latar belakang
peperangan mereka bukan motif ideologi, tetapi karena semata-mata
karena persoalan politik, maka mereka tidak dikatakan Khawarij.
Bahkan.. saya kasih bocoran bahwa ulama terkemuka dari empat madzhab,
Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali, yang menegaskan bahwa golongan
Wahhabi termasuk Khawarij bukan Ahlussunnah Wal-Jama’ah
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Info ini sangat bermanfaat untuk mas musyafir, juga agar
dijadikan kemakluman para pembaca.
|
|
|
|
|
|
|
|
13.
|
Pengirim: Mantan LDII - Kota: Jakarta
|
|
Kalo menurut
Para Ulama, Allah itu berada di atas ARSY. Alasannya, karena ALLAH yang
mengatakan sendiri dalam Al-Qur'an maupun HADITS QUDSI.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Alhamdulillah akhi sudah bertaubat dari LDII, mudah-mudahan
bisa kembali kepangkuan Ahlus sunnah wal jamaah mengikuti
ajaran para ulama Salaf secara sempurna.
Pemahaman seperti yang akhi sampaikan itu, mungkin karena
kurang luasnya pengertian dalam menerjemahkan lafadz 'ALAA
dalam kalimat 'alal arsy, yaitu masih terkungkung dalam kaedah
kamus, bukan kaedah tafsir para ulama Salaf, yaitu dengan
merjemahkan 'ALAL ARSY = DI ATAS ARSY, lantas akhi memahaminya
bahwa Allah menetap dan berda di atas Arsy, dan tidak pergi
kemana-mana, yang secara otomatis memberi konsekwensi bahwa
Allah itu menjadi penghuni Arsy, padahal Arsy itu makhluk.
Coba akhi pikirkan : Besar mana gajah dengan kandangnya ? Besar
mana presiden dengan istananya ?
Pertanyaan kami, jika akhi mengatakan bahwa Allah itu bertempat
/ menjadi penghuni Arsy, maka : Besar mana Allah dengan
Arsy-Nya ?
Lantas apa pengertian: ALLAHU AKBAR min kulli syain = Allah
Maha Besar dari segala sesuatu
Tentunya persepsi akhi terhadap arti lafadz 'Alal Arsy seperti
itu, tidak dapat dibenarkan.
Arsy itu adalah makhluk yang berupa singgasana yang ditopang
oleh para malaikat. Arys itu juga makhluk ciptaan Allah seperti
langit, bumi, sorga dan neraka. Karena semua itu makhluk
ciptaan-Nya, maka sebelum diciptakan oleh Allah, semuanya itu
tidak ada, baik langit, bumi, sorga dan neraka, termasuk juga
arsy.
Perlu akhi tahu, bahwa keberadaan Allah itu ada sejak zaman
azali, sedangkan zaman azali itu adalah zaman sebelum
diciptakannya makhluk apapun. Jadi jelaslah bahwa Allah itu ada
sejak zaman azali dan keberadaan-Nya saat itu tidak bertempat
di atas Arsy.
Sedangkan arti lafadz 'alal arsy adalah: Kekuasaan-Nya meliputi
Arsy.
Seperti cara menerjemahkan 'alaa dalam lafadz wa 'alallahi fal
yatawakkalil mutawakkilun, harus diartikan: dan kepada
Allah-lah (hendaknya) bertawakkal orang-orang yang berpasrah
diri. Bukan diterjemahkan : dan (berada) DI ATAS Allahlah
orang-orang yang berpasrah diri, dengan maksud orang-orang yang
berpasrah diri itu duduk di atas Allah, dan Allah berada di
bawah mereka.
Jelaslah cara menerjemahkan seperti ini adalah kesalahan fatal
bagi aqidah umat Islam. Bahkan dapat digolongkan 'aliran sesat'
dan termasuk penistaan dan pelecehan terhadap ajaran Islam.
|
|
|
|
|
|
|
|
14.
|
Pengirim: sigit
- Kota: Blora
|
|
ustadz,, apa
definisi "Alloh tidak bertempat dan tidak membutuhkan arah"
sama dg definisi Alloh ada dimana2????
Mungkin yg berpendapat Alloh ada dimana2 maksutnya tidak mungkin ktika
di satu tempat Alloh wujud smntara di tempat lain tdk wujud,,, atau
dalam arti lain dimanapun kita Alloh akan tetap wujud,, tdk mungkin
diatas wujud smntara dibawah tidak...
mohon penjelasannya,,, syukran
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Yg berpendapat seperti yang akhi katakan 'Allah ada dimana'
dg pemahaman seperti itu, adalah aliran sesat Mujassimah, yaitu
aliran yang menyamakan dzat Allah dengan sebuah materi, yg hal
itu sudah menjadi sifat makhluk, dan hanya makhluq saja yg
membutuhkan tempat.
|
|
|
|
|
|
|
|
15.
|
Pengirim: ANGGA
- Kota: BATAM
|
|
Untuk pemilik
blog ini..Ana nasehatkan, antum ; Artinya : Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.[ Al Israa’: 36 ] Dan Juga ;
"Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti
binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. [ Al
Mu’minuun : 71 ]
Dan ana mau tanya antum, mana dalilnya yang antum uraikan itu ?
Mengatakan bahwa Allah tidak dilangit..? jangan terlalu banyak belajar
ilmu kalam / filsafat.. kebanyakannya setelah itu jadi gila...Kalau
inilah penjelasan antum, berarti antum beraqidah
"asyariah"...jangan ditiadakan antum tiadakan sifat2
Allah..Abul Hasan Al 'Asyari pencetus pemikiran yang antum utarakan ini
telah tobat..( Baca Kitab Al Ibanah ).
|
[Pejuang
Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
(1). Alhamdulillah, kami adalah pengikut madzhab Asy`ari
yang murni, bukan kaum mujassimah yang meyakini bahwa Allah itu
memiliki anggota tubuh seperti sifat para makhluq-Nya, serta
meyakin bahwa Allah itu masih membutuhkan bantuan makhluq yang
berbentuk TEMPAT untuk bersemayam/menetap. Karena kami beriman
kepada firman Allah : Innallaha laghaniyyun `anil aalamiin
(sesungguhnya Allah itu tidak butuh terhadap seluruh
makhluq-Nya di semesta alam). (QS Al-ankabut - 6).
(2). Anda perlu baca :
AL-HAFIZ AZ-ZAHABI KAFIRKAN AKIDAH: ALLAH BERSEMAYAM/DUDUK
Oleh: Abu Syafiq ( Tel HP 006-012-2850578)
*Bersemayam yang bererti Duduk adalah sifat yang tidak layak
bagi Allah dan Allah tidak pernah menyatakan demikian, begitu
juga NabiNya.
___________________________________________________________________________
Hakikat kebenaran tetap akan terserlah walaupun lidah syaitan
Wahhabi cuba merubahnya.
Kali ini dipaparkan bagaimana rujukan utama Wahhabi iaitu
Al-Hafiz Az-Zahabi sendiri mnghukum kafir akidah sesat: Allah
Bersemayam/Duduk yang dipelopori oleh Wahhabi pada zaman kini.
Az-Zahabi adalah Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin
Uthman bin Qaymaz bin Abdullah ( 673-748H ). Pengarang kitab
Siyar An-Nubala’ dan kitab-kitab lain termasuk Al-Kabair.
Az-Zahabi mengkafirkan akidah Allah Duduk sepertimana yang
telah dinyatakan olehnya sendiri di dalam kitabnya berjudul
Kitab Al-Kabair. Demikian teks Az-Zahabi kafirkan akidah “
Allah Bersemayam/Duduk” :
( RUJUK SCAN KITAB TERSEBUT DI ATAS )
Nama kitab: Al-Kabair.
Pengarang: Al-Hafiz Az-Zahabi.
Cetakan: Muassasah Al-Kitab Athaqofah,cetakan pertama 1410h.
Terjemahan.
Berkata Al-Hafiz Az-Zahabi:
“Faidah, perkataan manusia yang dihukum kufur jelas terkeluar
dari Islam oleh para ulama adalah: …sekiranya seseorang itu
menyatakan: Allah Duduk untuk menetap atau katanya Allah
Berdiri untuk menetap maka dia telah jatuh KAFIR”. Rujuk scan
kitab tersebut di atas m/s 142.
Perhatikan bagaimana Az-Zahabi menghukum kafir sesiapa yang
mendakwa Allah bersifat Duduk. Sesiapa yang mengatakan Allah
Duduk maka dia kafir.
Fokuskan pada kenyataan Az-Zahhabi tidak pula mengatakan
“sekiranya seseorang itu kata Allah Duduk seperti makhlukNya
maka barulah dia kafir” akan tetapi amat jelas Az-Zahabi terus
menghukum kafir kepada sesiapa yang mendakwa Allah Duduk, di
samping Az-Zahabi menukilkan hukum tersebut dari seluruh ulama
Islam.
|
|
|
|
|
|
|
|
16.
|
Pengirim: Achmad alQuthfby SH, SHI
- Kota: Probolinggo
|
|
Pengirim:
ANGGA - Kota: BATAM
Tanggal: 23/6/2012 Untuk pemilik blog ini..Ana nasehatkan, antum ;
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.[ Al Israa’: 36 ] Dan
Juga ; "Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti
binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. [ Al
Mu’minuun : 71 ]
Dan ana mau tanya antum, mana dalilnya yang antum uraikan itu ?
Mengatakan bahwa Allah tidak dilangit..? jangan terlalu banyak belajar
ilmu kalam / filsafat.. kebanyakannya setelah itu jadi gila...Kalau
inilah penjelasan antum, berarti antum beraqidah
"asyariah"...jangan ditiadakan antum tiadakan sifat2
Allah..Abul Hasan Al 'Asyari pencetus pemikiran yang antum utarakan ini
telah tobat..( Baca Kitab Al Ibanah ).
----------------------------------------------------
Iki lho mas dalile:
Bgini ajha mas, saya hendak bertanya sedikit sama smpean untuk
mengawali diskusi ini. Sekarang saya akan bertanya kepada smpean:
Bukankah Allah telah ada tanpa tempat sebelum diciptakannya tempat???
Kalau memang wujudnya Allah tanpa tempat sebelum terciptanya tempat itu
rasional, berarti rasional pula dikatakan, Allah ada tanpa tempat
setelah terciptanya tempat.
Ayat-ayat yang kaum wahabi sebutkan tidak secara tegas menunjukkan
bahwa Allah ada di langit. Karena kosa kata istawa, menurut para ulama
memiliki 15 makna. Di samping itu, apabila Anda berargumentasi dengan
ayat-ayat tersebut, maka argumen Anda dapat dipatahkan dengan ayat-ayat
lain yang menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala tidak ada di
langit. Misalnya Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman: “Dan Dia bersama
kamu di mana saja kamu berada.” (QS. al-Hadid : 4). Ayat ini menegaskan
bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala bersama kita di bumi, bukan ada di
langit. Dalam ayat lain Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:
“Dan Ibrahim berkata, “Sesungguhnya aku pergi menuju Tuhanku
(Palestina),
yang akan memberiku petunjuk.” (QS. al-Shaffat : 99).
Dalam ayat ini, Nabi Ibrahim alaihissalam berkata akan pergi menuju
Tuhannya, padahal Nabi Ibrahim alaihissalam pergi ke Palestina. Dengan
demikian, secara literal ayat ini menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa
ta‘ala bukan ada di langit, tetapi ada di Palestina.
Bagaimana dengan firman Allah subhanahu wa ta‘ala:
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.” (QS. al-Hadid : 4).
Apakah ini termasuk al-Qur’an???
Kalo termasuk al- Qur’an, Bagaimana dengan firman Allah subhanahu wa
ta‘ala:
“Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah
keempatnya….” (QS. al-Mujadilah : 7).
Apakah ayat ini termasuk al-Qur’an juga???
Jika termasuk al-Qur’an, Kedua ayat ini menunjukkan bahwa Allah
subhanahu wa ta‘ala tidak ada di langit. Mengapa Anda menganggap
ayat-ayat yang Anda sebutkan tadi yang menurut asumsi Anda menunjukkan
bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala ada di langit lebih utama untuk
diyakini dari pada kedua ayat yang saya sebutkan yang menunjukkan bahwa
Allah subhanahu wa ta‘ala tidak ada di langit????
Padahal kesemuanya juga dari Allah subhanahu wa ta‘ala???
Ijma’ ulama salaf sejak generasi sahabat justru meyakini Allah
subhanahu wa ta‘ala tidak bertempat. Al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi
berkata dalam al-Farqu Bayna al-Firaq:
“Kaum Muslimin sejak generasi salaf (para sahabat dan tabi’in) telah
bersepakat bahwa Allah tidak bertempat dan tidak dilalui oleh waktu.”
(al-Farq bayna al- Firaq, 256).
Al-Imam Abu Ja’far al-Thahawi juga berkata dalam al-’Aqidah
al-Thahawiyyah, risalah kecil yang menjadi kajian kaum Sunni dan
Wahhabi:
“Allah subhanahu wa ta‘ala tidak dibatasi oleh arah yang enam.”
Menurut Anda, tempat itu makhluk apa bukan???
Kalau tempat itu makhluk, lalu sebelum terciptanya tempat, Allah ada di
mana???
Cukup dulu….
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Sdr. Angga memang tidak membicarakan dalil sesuai subtansi
yang ia permasalahkan. Jadi pertanyaan dan pernyataannya juga
ngambang tidak fokus. Entah karena Sdr Angga memang tidak
menguasai persoalan yang dibahas dalam artikel, atau memang
sekedar asbun (asal bunyi) saja, hingga tampak sekali ia tidak
menguasai materi ilmiah yang kami sampaikan. Mudah-mudahan ia
dapat mengambil pelajaran dari sanggahan Sdr. Ahmad Alquthfby
SH, SHI ini.
|
|
|
|
|
|
|
|
17.
|
Pengirim: Ust. Sofi as Sewed
- Kota: Ciputat
|
|
Perkenalkan
saya adalah wahhabi. Saya merasa bersyukur dengan adanya webite pejuang
islam ini, karena perlahan saya dapat melihat dialog-dialog berkelas
tentang Kesucian Alloh. Betul sekali apa yg di katakan oleh KH. Achmad
alQuthfby.
Tempat (langit) itu makhluk apa bukan???
Kalau tempat (langit) itu makhluk, lalu sebelum terciptanya tempat
(langit), Allah ada di mana???
Apa Alloh melayang-layang kebingungan tempat???
Tidak salah jika Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
berkata:
“Allah subhanahu wa ta‘ala ada sebelum adanya tempat. Dan keberadaan
Allah sekarang, sama seperti sebelum adanya tempat (maksudnya Allah
tidak bertempat).” (al-Farq bayna al-Firaq, 256).
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Terima kasih kepada Ust. Sofi as Sewed yang ikut
berkomentar menambah ilmu untuk Sdr. Angga dan cs-nya.
|
|
|
|
|
|
|
|
19.
|
Pengirim: Sirot
- Kota: Kebumen
|
|
Assalamu'alaikum
pak Usad, saya ingin urun rembug pak ustad, maaf, dalam Al Qur'an, yang
menyebutkan bahwa Allah bersemayam di atas Arsy'! Ini menurut pemahaman
saya, bersemayam=sifat, (seperti kata yang menunjuk sesuatu yang tidak
dapat dipegang, seperti rasa manis di lidah, tapi kita tidak bisa
melihat seperti apa itu manis), dalam hal ini kita tahu, bersemayam
adalah sifat, sedangkan Arsy'=kekuasaan/makhluk,, di atas= lebih
tinggi/agung, jadi Allah bersemayam di atas Arsy'= Allah itu lebih
tinggi/lebih Agung dari kekuasaan/makhluk ciptaanNya, jadi kita tidak
dapat menilai kalau Allah itu2 duduk2/santai2 di Arsy', ea nggak pak
Ustad
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Benar, Allah tidak bertempat di suatu tempat, karena suatu
tempat itu pasti makhluq ciptaan Allah. Sedangkan semua ciptaan
Allah itu termasuk barang baru. Coba ditanyakan: Kalau Allah
itu diyakini bertempat di suatu tempat, lantas dimana Allah
bertempa saat Allah belum menciptakan SUATU TEMPAT itu sendiri?
Lantas bagaimana pula memahami ayat : Wahuwa ma'akum ainama
kuntum (dan Dia bersama kalian dimana saja kalian berada). Jika
keberadaan Allah itu diyakini butuh tempat, sedangkan kalian
(baca: kita) saat ini terpencar-pencar ada yang di Jakarta,
Surabaya, Malang, dan di pojok-pojok dunia lainnya, terus Allah
sekarang lagi berada dimana dan lagi bersama siapa ?
|
|
|
|
|
|
|
|
20.
|
Pengirim: Pyarpyar
- Kota: surabaya
|
|
Assalamu
alaikum wr wb,
Manusia itu mmg senang berselisih/berbantah2an, sdngkan manusia tdk
memiliki kemampuan utk menelaah lbh jauh ttg pengetahuan ttg Allah SWT
kcuali yg Allah kehendaki (rasul n' nabi) mskipun byk pnjelasan d dlm
Al-quran n' hadits. Krn kemampuan otak manusia tdk akan sanggup. Itu
sudah taqdir Allah utk kita manusia. Jadi berhentilah berselisih n'
merasa paling mngerti sndri dg logika akal yg gk seberapa ini.
Kewajiban kita hnyalah beribadah dg taqwa kpd Allah. Afwan utk smua..
Salam ukhuwah, Wasallam,
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Bahkan Nabi SAW sebagai manusia bukan sekedar membantah
kemungkaran aqidah, namun beliau SAW justru memimpin perang
demi mempertahankan keyakinannya, apa Beliau SAW itu salah
menurut akhi?
Sy. Abu Bakar berperang mengangkat senjata memerangi
orang-orang yang menyatakan masuk Islam, namun ingkar terhadap
pembayaran zakat, apa beliau juga akhi vonis sebagai khalifah
yang bersalah, dan tidak mengerti isi Alquran?
Innal hayaata aqiidatun wa jihaadu (Sungguh hidup ini hanyalah
untuk berjihad mempertahankan aqidah)
Laa haula walaa quwwata illa billah.
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : http://www.pejuangislam.com/main.php?prm=karya&var=detail&id=389
Tidak ada komentar:
Posting Komentar